Pangan
merupakan komoditi utama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dewasa ini, jenis
pangan yang dijual di pasaran sangat beraneka ragam dan tidak jarang mengandung
bahan tambahan makanan. Salah satu bahan tambahan pangan itu adalah zat
pewarna. Tujuan penggunaan zat pewarna pada pangan antara lain untuk membuat
pangan menjadi lebih menarik, menyeragamkan warna pangan, serta mengembalikan
warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan.
Penggunaan
zat pewarna baik alami maupun buatan sebagai bahan tambahan makanan telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai
Bahan Tambahan Makanan. Sedangkan zat warna yang dilarang digunakan dalam
pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 239/MenKes/Per/V/85
mengenai Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya(1,2).
Dalam peraturan-peraturan tersebut, pemerintah mengatur bahan tambahan makanan
apa saja yang diperbolehkan dan batas maksimum penggunaannya.
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat
memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi
dua, yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal
pewarna khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama industri
kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna
nonmakanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).
Salah
satu pewarna sintetis yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan
adalah Rhodamin B. Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk
serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam
larutan akan berwarna merah terang berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B
merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri
tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut,
dan sabun. Nama lain rhodamin B adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Rhodamin B
Merupakan zat warna sintetis, berwarna merah keunguan, yang digunakan
sebagai zat warna untuk kertas dan tekstil. Sering disalah gunakan untuk
pewarna pangan dan kosmetik. Misalnya : sirup, terasi, kerupuk, lipstik, dll.
Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan yang terang
mencolok. Biasanya makanan yang diberi pewarna untuk makanan warnanya tidak
begitu merah terang mencolok. Bahaya utama terhadap kesehatan : pemakaian dalam
waktu lama (kronis) dapat menyebabkan radang kulit alergi, dan gangguan fungsi
hati/kanker hati.
Bahaya
Rhodamin B bagi Kesehatan
Menurut WHO,
rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan
logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin
merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka
senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat
senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain
itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat
radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh.
Penggunaan zat
pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamin B termasuk bahan
karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Uji toksisitas rhodamin B yang
dilakukan terhadap mencit dan tikus telah membuktikan adanya efek karsinogenik
tersebut. Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam
tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi
hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan
timbulnya kanker hati.
Penatalaksanaan
Keracunan
Pada
umumnya, bahaya akibat pengonsumsian rhodamin B akan muncul jika zat warna ini
dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahui pula bahwa rhodamin B
juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg BB, yang
merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi
saluran cerna. Jika hal tersebut terjadi maka tindakan yang harus dilakukan
antara lain segera berkumur, jangan menginduksi muntah, serta periksa bibir dan
mulut jika ada jaringan yang terkena zat beracun. Jika terjadi muntah, letakan
posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan
masuk ke saluran pernapasan (aspirasi paru). Longgarkan baju, dasi, dan ikat
pinggang untuk melancarkan pernapasan. Jika diperlukan segera bawa pasien ke
rumah sakit atau dokter terdekat.
Pencegahan
Keracunan
Hindari
penggunaan rhodamin B dalam pangan dan hindari mengonsumsi makanan yang
mengandung rhodamin B. Lebih lengkapnya, untuk mencegah efek jangka panjang dari
rhodamin B akibat tertelan secara tidak sengaja, maka lebih baik dilakukan
tindakan pencegahan dalam memilih pangan, dengan cara:
- Lebih
teliti dalam membeli produk pangan, misalnya dengan menghindari jajanan yang
berwarna terlalu menyolok, terutama jajanan yang dijual di pinggir jalan.
- Mengenali
kode registrasi produk, misalnya produk pangan sudah terdaftar di Badan POM
atau untuk pangan industri rumah tangga sudah terdaftar di Dinas Kesehatan
setempat.
- Tidak
membeli produk yang tidak mencantumkan informasi kandungannya pada labelnya.
Analisis zat aditif Rhodamin B dapat diidentifikasi
bahan volatilnya pada suhu 135°C dan bahan tak larut dengan metode gravimetri,
serta warna total dalam pelarut air dengan metode spektrofotometri. Selain itu,
ada juga cara uji pewarna makanan sesuai SNI 01-2895-1992, Cara
Uji Pewarna Tambahan Makanan.
Identifikasi rhodamin B
Teknik analisa canggih
Di laboratorium yang maju, analisis pewarna
makanan sudah secara rutin dilakukan, dengan berbagai metoda, teknik dan cara.
Sebagian besar dari cara analisa tersebut masih berdasarkan suatu prinsip
kromatografi atau pun menggunakan alat spektrophotometer. Cara tersebut
digunakan untuk mendeteksi zat pewarna tersebut secara teliti, karena itu
minimal diperlukan fasilitas yang cukup canggih serta dituntut tersedianya
berbagai pelarut organik, yang biasanya cukup mahal harganya. Di samping itu
teknik tersebut juga memerlukan tenaga terampil yang profesional. Molar
extinction coefficient Rhodamin B adalah 106,000 M-1cm-1 pada panjang gelombang
542,75 nm.
Teknik analisa sederhana
Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN
Hyderabad India, telah melaporkan hasil penelitiannya, bahwa deteksi zat
pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan
yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan
adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini
dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan
penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan
ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.
Kromatografi
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan
dua fase tetap ( stationary)
dan yang lain fase bergerak (mobile); pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini
(Sastrohamidjojo,1991).
Kromatografi kertas
Prinsip kerjanya adalah kromatography kertas dengan
pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di
ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat
pewrna yang larut dalam air (zat pewarn makanan) lebih jauh dibandingkan dengan
zat pewarna tekstil.
Sejumlah cuplikan 30-50 g ditimbang dalam gelas kimia 100
ml, ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu
dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wooldipanaskan dari larutan dan
dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari
benang wool dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas
ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat
warna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan
pewarna zat warna merah). Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas.
Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen
II (2 gr NaCl dalam 100 ml etanol 50%)
Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar.
Amati bercak-bercak yang timbul
Perhitungan / penentuan zat warna dengan cara mengukur
nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak
zat terlarut oleh jarak zat pelarut.
Kromatrogafi lapis tipis
Diantara berbagai jenis
teknik kromatrografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok
untukk analisis obat di laboratorium farmasi (Stahl,1985). Kromatografi Lapis
Tipis dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion
organik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa-senyawa
organik baik yang terdapat di alam dan senyawa-senyawa organik sintetik. KLT
merupakan kromatografi adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner.
Empat macam adsorbs dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam
adsorben yang umum dipakai ialah silica gel ( asam silikat ), alumina (
aluminum oxydae ) , kieselguhr ( diatomeus earth ) dan selulosa. Dari keempat
jenis adsorben tersebut yang paling bnayak dipakai adalah silica gel karena hampir
semua zat dapat dipisahkan oleh jenis adsorban ini. Sifat sifat umum dari
penyerapan-penyerap untuk kromatografi lapis tipis ini adalah mirip dengan
sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting dari
penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap
penyokong sangat bergantung pada mereka. Fase gerak ialah medium angkut dan
terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak dalam di dalam fase diam,
yaitu suatu lapisan berpori , karena ada gaya kapiler. Jika fase gerak dan fase
diam telah dipilih dengan tepat, bercak cuplikan awal dipisahkan menjadi
sederet bercak, masing-masing bercak diharapkan merupakan komponen tunggal dari
campuran. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan kromatografi, tanpa perbedaan
dalam kecepatan migrasi dari senyawa,tidak mungkin terjadi pemisahan.
Reaksi kimia
Cara reaksi kimia dilakukan dengan cara menambahkan
pereaksi-pereaksi berikut :
·
HCL pekat
·
H2SO4 pekat
·
NaOH 10%
·
NH4OH 10%
·
Matriks
Keunggulan
teknik analisa sederhana ini adalah :
1.
Cara ini praktis untuk mengecek atau mengidentifikasi zat warna dalam
kemasan yang akan digunakan untuk mengolah makanan secara spesifik. Bila akan
menganalisis zat warna yang terdapat dalam makanan, harus diekstraksi dulu
sehingga mendapatkan larutan dengan konsentrasi 1 g/l zat pewarna.
2.
Para teknisi laboratorium dan lembaga konsumen, bahkan siswa SMA serta
konsumen awam, kini dapat dengan mudah, cepat dan sederhana mendeteksi zat
warna tekstil tersebut, bila diinginkan.
Keunggulan lain dari metoda
sederhana ini adalah tidak diperlukannya standar pembanding (kecuali ingin
mendeteksi zat pewarna apa). Akan tetapi hasil uji dengan metoda tersebut perlu
pula dikonfirmasi lebih lanjut dengan uji yang dikerjakan di laboratorium
dengan menggunakan metoda konvensional. Sehingga dapat benar-benar diyakini
bahwa bahan pewarna tersebut tidak mengandung dyes tekstil. Hal ini penting
karena terkadang hasil penelitian terbaru dapat mencabut ijin pemakaian bahan
pewarna tertentu yang sebelumnya tercantum di dalam daftar pewarna yang
diijinkan, seperti yang terjadi di India mengenai pemakaian Fast Red E.
Test Kit
Test kit Rhodamin B
terdiri dari larutan A carbon tetrachlorida dan larutan B oxidizing agent dalam
hydrochloric acid encer. Target dari test kit Rhodamin yaitu : kerupuk, makanan
ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, minuman ringan, cendol,
manisan, gipang, dan ikan asap.
Prosedur test kit
Rhodamin B
•
Ambil 1 sendok teh bahan makanan
yang akan diuji, lalu cacah menjadi bagian-bagian kecil, jika berupa cairan
ambil sebanyak 1 sendok teh.
•
Tambahkan air panas sebanyak 2
sendok makan (10ml) lalu aduk supaya rhodamin B yang ada pada makanan tertarik
ke fase air. Biarkan dingin. Jika sampel berupa cairan, gunakan air dingin
dengan jumlah atau volume sama.
•
Ambil 1 sendok teh fase air.
Tambahkan reagent A sebanyak 4 tetes. Kocok dengan keras atau dapat menggunakan
vortex untuk pengocokan.
Warna merah pada
larutan akan menghilang atau berkurang drastis intensitas warnanya.
Tambahkan 4 tetes reagent B kocok kembali. Bila warna
merah kembali muncul atau menguat intensitas warnanya berarti terdapat rhodamin
B pada makanan atau minuman yang diuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar